Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

diriku.

Yang lain diam. Sepertinya hanya batinku yang berbicara. Tetapi masih bisa tertahan. Yang tidak tertahankan hanyalah keinginan menyanyikan lagu Tik-tok  keras-keras. Entah apa yang merasukimu , wahai diriku. Kenapa selalu saja melakukan hal bodoh? Pertanyaan yang selalu berulang kali kutanyakan dan akan terjawab oleh diriku sendiri. Dari diriku sendiri, oleh diriku sendiri, dan untuk diriku sendiri. Apa tidak lelah? Selalu. Dan diriku  akan menjawab, itu bukan melakukan hal bodoh! Itu adalah sebuah pembelajaran! Pembelaan omong kosong. Pembelajaran hanya untuk kembali diulangi lagi dan lagi di kemudian hari. Kuulangi, apa tidak lelah. Diriku  diam lagi. Perlahan menjawab, selalu . Jadi, bukan hanya aku yang merasakannya. Diriku  bisa tahu dan memahaminya. Oke, aku terima. Tak lagi sakit hati ataupun rasa tidak terima. Kami sama-sama merasakannya. Oke. Kisah ini selesai. Apakah ini adalah sebuah kisah? Tidak tahu.

mengerti

"Kalau semuanya sudah selesai, kamu datang lagi tidak apa-apa. Kalau belum, selesaikan dulu. Aku tidak mau jadi penghambat." Senyum itu tetap di sana. Bahkan setelah beberapa menit kalimat itu terhenti. Kamu tetap menatapku yang diam. Kamu juga diam. Tetap tersenyum. Membuatku makin bingung. Sebenarnya apa maksud semesta mengatur semua ini. "Maksudmu?" akhirnya aku mengeluarkan suara tanda tanya. "Aku rasa kamu cukup mengerti. Kamu hanya ingin mendengarnya lagi. Tapi tidak akan kuulangi lagi," suaramu. Tetap tenang. Seolah kalimatmu tadi tidak ada apa-apanya. Tidak berpengaruh pada apapun. Tidak ada pengaruhnya bagiku. Padahal, sangat. Terkadang aku bingung memikirkan bagaimana kamu berpikir. Yang akan membuatku semakin pusing. Kita, kamu dan aku, terlalu berbeda. Sangat berbeda. Terlampau berbeda. Sebenarnya tak pantas bersama. Tapi, kita, kamu dan aku, sama-sama menyalahi semesta. Hingga ia kesal dan kini mempermainkan kita, kamu dan aku.

Pertanyaan .2

"Aku suka seseorang." "Siapa?" "Rahasia!" Kamu tertawa lagi. Sengaja. *** Memang pernah kamu sengaja diam saja? Tidak sengaja menggodaku? Tidak pernah. Memang pernah kamu tidak menggangguku? Tidak pernah lagi. Memang pernah kamu sadar kalau kamu itu pemicu jantungku berdetak dua kali lebih cepat? Jawabannya, tidak pernah. Setidaknya, jangan pernah kamu sadar. Atau aku lebih baik pergi saja. Malu. *** "Kamu diam dari tadi." Senyum terbentuk di bibirmu. Memang pernah aku tidak terpesona? Tidak pernah. "Iya." "Aku belum tanya apa pun. Kenapa jawabannya 'iya'?" Aku diam. Kamu sengaja. Sedetik kemudian, kamu tertawa kecil. "Aku ini siapa, sih? Kamu masih kaku sekali." Jantungku. Semoga kamu tidak mendengarnya. "Kamu.. temanku." "Iya, jangan terlalu kaku kalau dengan aku. Santai saja." Aku mengangguk. Berbohong. Mana bisa? Jawabannya, tidak bisa.

Pertanyaan

"Aku nyaman sendirian," diakhiri senyuman. "Tetapi lebih nyaman lagi jika bersamamu." "Menggelikan." Kamu tertawa. Sengaja. *** Kita bertemu. Alasan yang hampir sama. Aku dan kamu, kita, sama-sama suka kesendirian. Saling mengenal karena suka sendirian. Saat itu sendirian seperti hal yang fatal. Berkenalan karena mau tak mau tetapi harus. Hingga sampai ke tahap ini. Pacar, bukan. Teman, mana mungkin. Sahabat, dari mana. Teman dekat, yang paling mendekati benar. Tidak pernah terdeklarasikan. Mengalir begitu saja. Dan sampai ke sini begitu saja. Siapa supir yang menggiring. Siapa penumpang yang hanya ikut. Kita, aku dan kamu, sama-sama tidak tahu. Hanya tahu, tiba-tiba sudah sampai di titik ini. *** "Kita ini apa?" Pertanyaan yang sangat ingin kuketahui jawabannya. Tapi apa daya. Terkadang membalas senyummu saja aku masih kaku. Apalagi setelah hari itu. Kamu bilang nyaman saat bersamaku. Apalah daya jantungku.

kenapa?

"Kenapa?" Aku diam. Terlalu banyak pertanyaan 'kenapa' untuk hari ini. Kamu diam setelah bertanya. Tetap pada posisi yang sama. Dan aku masih bingung bagaimana menjelaskannya. "Aku tidak akan menjawabnya," jawabku. Ujungnya juga menjawab. Meskipun bukan jawaban yang jelas kamu inginkan. Terlihat dari reaksimu. Menghela nafas. Tatapan mata menyerah. Tapi tetap pada posisi yang sama. "Kenapa?" Kamu tahu aku tidak suka dicecar pertanyaan yang sama. Tapi tetap kamu lakukan. Bergantian, kuhela nafas. Menirukanmu. Ekspresimu melunak. Mulai tertawa. "Apa yang lucu?!" tanyaku setengah berteriak. Menahan ekspresiku. Menahan detak jantungku yang mendadak dua kali lebih cepat melihat tawamu. Melihat bulan sabit membentuk bibirmu. Melihat tatapan mata yang melunak. Tak lagi menyerah. Melihat tawamu lagi. "Kamu." Dan jantungku sukses berdebar. "Berhenti. Jangan begini lagi. Aku semakin sakit hati." "Kamu memb

anonim (2)

Sebut saja ia anonim. Tak bernama. Agar aku bisa lupa siapa namanya. Biar aku tak lagi mengingatnya. Biar aku bisa lupa segalanya. Sebut saja ia anonim. Tak bernama. Biar segala tentangnya lenyap dari akal pikiranku. Berhenti membuatku lelah dengan semuanya. Lelah hanya karena teringat olehnya. Sebut saja ia anonim. Tak bernama. Agar lenyap saja semuanya sudah. Sebut saja ia anonim. Agar aku tak lagi menganggapnya ada. Sebagaimana ia tak menganggapku ada.

anonim.

Sebut saja ia anonim. Tanpa nama. Biar aku tidak usah menyebut namanya. Biar aku cepat melupakannya sekalian. Biar aku tak mengingatnya sekalian. Sebut saja ia anonim. Tanpa identitas. Memang awalnya hanya ia yang mengenalku. Aku tak pernah benar mengenalnya. Hanya tahu beberapa. Entah kenapa berujung aku selalu mengingatnya. Sebut saja ia anonim. Aku ingin melupakannya. Aku tak ingin terus mengingatnya. Aku tak ingin sakit lagi karenanya.

aku kembali syg

Haiiiiiiiiii, Nadiyah datang lagi^^ Udah lama banget rasanya aku nggak ngepost lagi di sini, yah. Sibuk kelas 12 dan alhamdulillah udah jadi maba. Kalian apa kabar semuanya?? Nggak kerasa Seventeen udah drop teaser aja YAALLLAAAAAAAHH Kapan, sih, mereka bikin aku tenang-tenang aja gitu. Kayaknya tiap malem udah mulai digangguin. Kebayang jam 10 malem mereka bakalan ngedrop apa TAUNYA NGGAK ADA APA-APA. Apa nggak bikin marah kalau begitu teros. Gatau lah. Mau marah aja sama mereka. Tapi kalau aku marah. Aku gabisa update dong. GIMANA SIH AKU NIH. Mohon maap ya, agak oleng pas baru sadar malem ini mv dreamies rilis hehe ^^ Jangan lupa streaming ya my fellow sijeunies^^

Berhenti | Seventeen Jun's birthday fanfict

Gambar
Setahun yang lalu aku masih bisa melihatmu. Meskipun itu dari jauh. Itu semua sudah sangat cukup bagiku. Melihatmu yang selalu tersenyum lebar. Di antara ke-12 orang lainnya. Meskipun bukan kau yang paling menonjol bagi yang lainnya. Tetapi kedua mataku selalu tertuju padamu. Seolah hanya terpaku pada sosokmu. Setiap detik berjalan begitu lambat bagiku. Kau berjalan seolah dalam video mode 2 kali lebih lambat. Setiap langkahmu menyusuri setapak panggung itu terikuti pandanganku. Setiap lambaian tanganmu membuat jantungku berhenti berdetak sesaat. Setiap pandanganmu menyusuri penggemar, aliran darahku terhenti. Kata-kata yang sama terus bergema di otakku. Apakah kau menyadari kehadiranku? *** "Aku akan menjadi seorang trainee dan debut ." "Eh? Aku kira kau sudah menjadi aktor?" tanyaku. Masih sibuk menggariskan arang pensil pada kertas. "Aku akan bergabung dengan agensi Korea." Gerakan tangank

#우리의_꽃_세븐틴 #4YearsWithSEVENTEEN #SEVENTEEN_4TH_ANNIVERSARY

HALO. Sekarang di Korea udah tanggal 26 Mei 2019, anniversary-nya Seventeenn!!!! Udah cukup aku nangis-nangis bombay kemaren sekalian Pristin juga. Jadinya sekarang udah seneng-seneng aja deh, berasa sekalian aku yang ulang tahun. Aku sebenernya nggak tau mau nulis apaan sekarang ini. Aku nggak bisa mikir lagi. Mau nulis makasih, kayaknya rasa terimakasih aja nggak cukup. Nggak bisa aku ungkapin pake ketikan buat yang tersayang, Seventeen. Yang sering banget nyemangatin aku. Kapan pun itu. Yang selalu jadi alasanku tetep nungguin hari esok. Soalnya aku belum ketemu mereka, hehe. Pengen ngucapin makasih sebanyak-banyaknya kalo aku bisa ketemu mereka. Aku sayang banget sama Seventeen. Sayang banget. Aku barusan ngestan mereka. Udah sesayang ini. Sayang banget sama Seventeen. Hhhhhhhhhhh, padahal aku nggak mau nangis. Aku sayang banget sama Seventeen. Sayang banget.