Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

mengerti

"Kalau semuanya sudah selesai, kamu datang lagi tidak apa-apa. Kalau belum, selesaikan dulu. Aku tidak mau jadi penghambat." Senyum itu tetap di sana. Bahkan setelah beberapa menit kalimat itu terhenti. Kamu tetap menatapku yang diam. Kamu juga diam. Tetap tersenyum. Membuatku makin bingung. Sebenarnya apa maksud semesta mengatur semua ini. "Maksudmu?" akhirnya aku mengeluarkan suara tanda tanya. "Aku rasa kamu cukup mengerti. Kamu hanya ingin mendengarnya lagi. Tapi tidak akan kuulangi lagi," suaramu. Tetap tenang. Seolah kalimatmu tadi tidak ada apa-apanya. Tidak berpengaruh pada apapun. Tidak ada pengaruhnya bagiku. Padahal, sangat. Terkadang aku bingung memikirkan bagaimana kamu berpikir. Yang akan membuatku semakin pusing. Kita, kamu dan aku, terlalu berbeda. Sangat berbeda. Terlampau berbeda. Sebenarnya tak pantas bersama. Tapi, kita, kamu dan aku, sama-sama menyalahi semesta. Hingga ia kesal dan kini mempermainkan kita, kamu dan aku.

Pertanyaan .2

"Aku suka seseorang." "Siapa?" "Rahasia!" Kamu tertawa lagi. Sengaja. *** Memang pernah kamu sengaja diam saja? Tidak sengaja menggodaku? Tidak pernah. Memang pernah kamu tidak menggangguku? Tidak pernah lagi. Memang pernah kamu sadar kalau kamu itu pemicu jantungku berdetak dua kali lebih cepat? Jawabannya, tidak pernah. Setidaknya, jangan pernah kamu sadar. Atau aku lebih baik pergi saja. Malu. *** "Kamu diam dari tadi." Senyum terbentuk di bibirmu. Memang pernah aku tidak terpesona? Tidak pernah. "Iya." "Aku belum tanya apa pun. Kenapa jawabannya 'iya'?" Aku diam. Kamu sengaja. Sedetik kemudian, kamu tertawa kecil. "Aku ini siapa, sih? Kamu masih kaku sekali." Jantungku. Semoga kamu tidak mendengarnya. "Kamu.. temanku." "Iya, jangan terlalu kaku kalau dengan aku. Santai saja." Aku mengangguk. Berbohong. Mana bisa? Jawabannya, tidak bisa.

Pertanyaan

"Aku nyaman sendirian," diakhiri senyuman. "Tetapi lebih nyaman lagi jika bersamamu." "Menggelikan." Kamu tertawa. Sengaja. *** Kita bertemu. Alasan yang hampir sama. Aku dan kamu, kita, sama-sama suka kesendirian. Saling mengenal karena suka sendirian. Saat itu sendirian seperti hal yang fatal. Berkenalan karena mau tak mau tetapi harus. Hingga sampai ke tahap ini. Pacar, bukan. Teman, mana mungkin. Sahabat, dari mana. Teman dekat, yang paling mendekati benar. Tidak pernah terdeklarasikan. Mengalir begitu saja. Dan sampai ke sini begitu saja. Siapa supir yang menggiring. Siapa penumpang yang hanya ikut. Kita, aku dan kamu, sama-sama tidak tahu. Hanya tahu, tiba-tiba sudah sampai di titik ini. *** "Kita ini apa?" Pertanyaan yang sangat ingin kuketahui jawabannya. Tapi apa daya. Terkadang membalas senyummu saja aku masih kaku. Apalagi setelah hari itu. Kamu bilang nyaman saat bersamaku. Apalah daya jantungku.