[FANFICT] Two Moons (a song by EXO)


Title                 : Two Moons (a song by EXO)
Author             : Nad @donadkacang
Type                : general
Genre              : romance, angst, wolf, fantasy
Length             : oneshoot, long story
Cast                 :
-          Thea Kim (OC /Author blank. Maafkan tokoh OC-nya jelek)
-          Byun Baek Hyun (EXO-K)
-          Park Chan Yeol (EXO-K)
-          Park Yu Ra (Chan Yeol’s sister)
-          Find it
Playlist            : Two Moons – EXO feat. SHINee Key
Summary         :
Dan perlahan Baek Hyun tersenyum menatap bulan. Ia percaya, dengan orang yang disayanginya, bulan tak akan mengkhianatinya.
***
Matahari mulai kembali pada peraduannya. Bulan sudah hampir muncul, tak sabar menggantikan matahari menerangi Seoul. Matahari terbenam? Lupakan, Seoul dipenuhi ‘pepohonan’ beton. Gedung-gedung pencakar langit tersebar dimana-mana.
Orang-orang tak akan sadar matahari sudah terbenam. Tahu-tahu sudah melihat bulan tanpa bintang disekitarnya. Seoul terlalu banyak punya polusi cahaya. Bintang pun tak terlihat.
Thea, gadis itu menatap bulan yang mulai muncul dari rooftop rumahnya. Bulan penuh, purnama. Senyum tipis terukir di bibirnya. Ia teringat masa lalunya, saat bersama sahabat baiknya, Baek Hyun.
Sahabat yang disukainya. Selama bertahun-tahun Thea bersahabat dengan Baek Hyun, dan selama itulah Thea menyimpan rasa suka pada Baek Hyun. Rasanya Thea ingin selalu mengutuk dirinya sendiri.
Bersama Baek Hyun, Thea melihat, menatap penuh antusias, memperhatikan bulan. Dari rooftop rumahnya. Atau rooftop rumah Baek Hyun. Dirinya dan Baek Hyun selalu menatap bulan bersama. Terutama jika purnama. Itu adalah ‘momen’ yang ditunggu-tunggu Thea. Entah untuk apa. Ia hanya senang melihat mimik wajah Baek Hyun yang terlalu kagum dengan bulan purnama. Bagi Thea, mimiknya selalu lucu, itu menyenangkan. Hanya itu.
Mereka selalu menatap bulan yang sama.
Tapi.., apa hari ini Baek Hyun juga menatap bulan yang sama? Thea selalu mempertanyakan hal ini. Hari ini. Apa Baek Hyun juga?
Dan Thea terlalu takut untuk menanyakannya. Meskipun hanya melalui pesan singkat.
“Baek Hyun-ah[1], kau tidak melihat bulan malam ini? Cuacanya cerah. Sangat indah. Kajja[2] kita melihat bulan bersama lagi..” gumam Thea tanpa suara. Suaranya tercekat.
Ia sangat ingin mengatakan itu pada Baek Hyun. Sangat ingin menanyakan,
Apakah setiap malam kita melihat bulan yang sama? Apa di sini ada dua bulan? Kita menatap bulan yang berbeda? Sama, kan?
***
“Drrtt..” handphone putih Thea bergetar pelan dari balik saku mantelnya. Tangannya merogoh sakunya. Ada telepon yang masuk, dari teman dekatnya, Luna.
Yeobusseoyo[3]?” tanya Thea malas. Matanya terus menatap kosong arus lenggang Sungai Han di hadapannya.
“Thea-yya[4]! Cepat kau ke café ***! Ada Baek Hyun di sini! Dia seperti sedang menunggu seseorang. Aku di sana sekarang, cepat ke sini, nde[5]!” seru Luna cepat tapi dengan suara berbisik-bisik. Mungkin tempatnya dekat dengan Baek Hyun, jadinya ia takut Baek Hyun akan tahu. Tapi.. Baek Hyun?
Mata Thea membulat. “Mwoya[6]?! Baek Hyun? Benar itu Baek Hyun?” tanya Thea tak percaya. Karena Luna baru sekali bertemu Baek Hyun dan ia sangat mudah lupa. Mungkin Thea sedikit tidak mempercayainya.
Nde! aku dengar dari suaranya. Sangat mirip. Aku masih sangat ingat wajahnya dan suaranya. Wae[7]? Kau tak percaya?” balas Luna. Thea dapat menangkap nada sedikit emosi pada perkataan Luna.
Ani[8], aku percaya. Tunggu sebentar. Aku akan ke sana. Café itu dimana? Aku di Sungai Han,” agaknya Thea tertarik dengan ‘tawaran’ Luna. Tapi.., apa ia bisa?
“Di dekat Sungai Han! Ppalliwa[9]!” hening. Luna sudah memutuskan sambungan teleponnya. Seperti kebiasaan lamanya. Langsung memutuskan sambungan telepon. Thea memasukkan handphone-nya ke dalam saku mantelnya lagi.
“Apa kau mengingatku? Apa kau masih mengenalku? Apa kau melupakanku?”
***
Langkah Thea lebar-lebar, panjang-panjang. Ia merasakan keringat dinginnya mengalir deras. Di udara sedingin ini ia berkeringat. Entah karena gugup akan bertemu Baek Hyun –jika itu benar Baek Hyun, atau karena lelah mencari café yang dikatakan Luna.
Dan.., di depan pintu sebuah café bernuansa minimalis dan romantis, Thea membeku. Namja[10] itu.., yang duduk sendirian di meja 12, yang hanya memesan moccaccino, yang tersenyum bersemangat seperti biasanya. Tunggu.., biasanya? Thea tak tahu lagi kebiasaan namja itu. Ia melihat Thea masuk, mengapa tak memanggilnya? Hanya tersenyum tipis seperti pada orang yang tak dikenalinya? Mengapa?
Melihat Thea membeku di depan pintu, Luna buru-buru menghampirinya dan menarik Thea ke mejanya sebelum Thea pingsan atau melakukan hal-hal yang tak terduga. Bisa saja. Thea sangat frontal.
“Thea-yya? Thea? Gwaenchanayo[11]?” panggil Luna pelan-pelan. Ia juga curiga kenapa Baek Hyun tak memanggil Thea yang dilihatnya. Apa sengaja? Lupa? Tatapan Thea menusuk punggung Baek Hyun yang membelakanginya.
“Apa ia melupakanku? Apa ia tak mengenalku? Apa ia membenciku?” tanya Thea. Luna hanya gelagapan. Bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba ada seorang yeoja[12] menghampiri Baek Hyun dari balik meja kasir. Yeoja itu seperti kenal baik dengan Baek Hyun.
”Yura. Park Yura. Kakak Chan Yeol, teman Baek Hyun,” jelas Thea tanpa diminta. Saat Yura memalingkan pandangannya ke belakang, matanya menangkap seorang yeoja yang dikenalinya. Yura lalu menghampiri yeoja itu. Thea.

Sillyehamnida[13]. Kau.. teman Baek Hyun, kan?” tanya Yura. Thea mengangguk pelan.
“Jika ia masih mengenaliku,” tambah Thea. Yura membekap mulutnya.
“Kau ingin bicara dengannya?” tawar Yura lagi.
“Jika boleh,” jawab Thea. Ia lalu mengikuti Yura menuju meja Baek Hyun.
A..anyyeong[14]..” sapa Thea pelan. Baek Hyun menatapnya bingung.
Annyeong,” balas Baek Hyun. Thea dapat mendengar sedikit nada curiga di perkataannya.
“Boleh aku duduk di sini?” tanya Thea hati-hati.
Mianhae[15], kau siapa, nde?” tanya Baek Hyun. Thea bengong.
“Kau tak mengenalku?” balas Thea. Suaranya tercekat.
Mianhae, kau siapa?” ulang Baek Hyun.
“Kau kenapa? Kau kemana saja? Apa kabar? Apa kau dendam padaku? Apa kau tak mengenalku?” tanya Thea bertubi-tubi.
“Apa.. aku pernah mengenalmu?” Baek Hyun terlihat sangat bingung. Setetes air mata Thea terjatuh.
“Kita.. kita dulu besahabat. Kau lupa?” Baek Hyun tiba-tiba memegang kepalanya.
Mianhae, kepalaku tiba-tiba sakit. Mianhae, aku tidak mengenalmu,” balas Baek Hyun. Thea membekap mulutnya dengan tangan. Air matanya yang menetes semakin deras. Bahunya bergetar. Perlahan Yura menarik Thea menjauh dari Baek Hyun. Tangis Thea meledak di bahu Yura. Yura mencoba menenangkan Thea. Setelah tangis Thea sedikit mereda, perlahan Yura mengangkat Thea dari pelukannya.
“Baek Hyun kecelakaan. Ia amnesia. Semuanya ia ingat. Tapi..”
“Apa?” potong Thea. Yura menatap Thea lekat.
“Semua tentangmu, ia lupa. Mianhae,” tangis Thea kembali meledak.
“Kenapa hanya aku? Jadi.., setiap diingatkan.. ia akan sakit kepala?” tanya Thea. Yura mengangguk pelan. Tangan Yura mengusap bahu Thea pelan. Menenangkan Thea yang kembali menangis.
“Apa dia memang ingin melupakanku?” gumam Thea.
“Dia takut untuk melihat bulan..” kata Yura tiba-tiba. Thea menatap Yura bingung.
“Setelah melihat bulan bersamaku setiap hari dulu? Apa ia juga sakit kepala jika melihatku? Jadi ia menghilang dariku?” ‘protes’ Thea.
“Thea-yya, bersabarlah,” kata Yura.
“Apa benar ia memang ingin melupakanku?”
***
Noona[16], yeoja tadi itu siapa?” tanya Baek Hyun, saat ia bermain play station bersama Chan Yeol. Yura melirik Baek Hyun dari balik pintu kulkas yang dibukanya.
“Yang ada di café tadi?” balas Yura.
Nde,” balas Baek Hyun singkat. Ia tetap fokus pada play station yang dimainkannya.
Nuguya[17], Noon?” tanya Chan Yeol sedikit menoleh pada Yura. Dan..
“Woo!! Gol!! Aku menang!! Woo!!!” seru Baek Hyun kesenangan karena berhasil mencetak gol disaat Chan Yeol lengah. Chan Yeol menatap Baek Hyun sinis. Karena ia penasaran dengan yeoja yang ditanyakan Baek Hyun, ia jadi kalah. Seingatnya, Baek Hyun tak pernah dekat dengan siapapun. Dan akhirnya Baek Hyun diam.
“Siapa, Noon?” ulang Baek Hyun.
“Thea. Kim Thea. Ingat?” jawab Yura. Baek Hyun tiba-tiba memegang kepalanya. “Pasti ia bagian dari masa laluku,” kata Baek Hyun.
“Memang. Kau ingat?” timpal Chan Yeol.
Ani. Kepalaku sakit,” jawab Baek Hyun lalu bangkit dari duduknya. Berjalan menuju kulkas.
Ya! Kau mau kemana?” tanya Chan Yeol melihat Baek Hyun tiba-tiba bangkit.
“Mengambil minum. Aku haus,” jawab Baek Hyun lagi. “Ambil saja sesukamu,” kata Yura melihat Baek Hyun yang seperti orang bingung di depan kulkas.
Nde, gumawo[18], Noon,” balas Baek Hyun mengambil sekaleng cola.
“Aku juga mau!” seru Chan Yeol kembali memainkan play station-nya sendirian.
Nde..,” balas Baek Hyun lalu melempar sekaleng cola pada Chan Yeol.
Appo[19]!..” keluh Chan Yeol pelan mengusap kepalanya yang terkena lemparan Baek Hyun.
“Bukankah Thea itu dulu sahabatmu?” tanya Chan Yeol saat Baek Hyun sudah kembali.
Eoh? Jeongmal[20]?? Aku pernah mengenalnya?” balas Baek Hyun.
“Jadi.. kau hanya melupakan Thea?” Yura menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Chan Yeol.
Jeongmal??” tanya Baek Hyun.
Nde. Kau hanya melupakan Thea. Bulan? Kau takut bulan, kan? Padahal, dulu kau setiap hari melihat bulan dengan Thea. Bersama-sama. Selalu, setiap hari. Ingat?” Baek Hyun kembali menyentuh kepalanya perlahan.
Jeball[21].., jangan ingatkan aku semua itu,” katanya pelan. Chan Yeol menoleh.
“Mana mungkin kau akan terus membiarkannya. Ia tentu ingin kau kembali mengingatnya, arra[22]. Dia itu yeoja,” kata Chan Yeol.
“Apalagi tadi ia menangis hingga sesenggukan,” tambah Yura.
Eoh? Dia menangis? Hingga sesenggukan?” Yura menganggukkan kepalanya.
“Jika aku jadi Thea, aku akan sangat berharap kau mengingatku. Walaupun hanya sedikit,” Baek Hyun menatap kosong konsol play station di tangannya.
“Sebenarnya kau siapa?”
***
Di meja itu lagi, meja 12. Seorang namja duduk sendirian lagi. Menikmati secangkir cappuccino, yang hampir dingin. Itu Baek Hyun. Thea tak ‘membeku’ lagi. Ia tak ada di sana. Karena itu Baek Hyun  mencarinya. Ia ingin meminta maaf.
Telah membuatnya menangis, seperti kata Yura. Meskipun Baek Hyun sama sekali tak mengingat siapa Thea. Ia ingin ‘mencoba’ mengingat Thea, walaupun itu menyiksanya.
“Baek Hyun-ah!” panggil seorang yeoja. Baek Hyun menoleh. Yura. Baek Hyun tersenyum.
“Aku sedang menunggu seseorang,” jelas Baek Hyun tanpa diminta. Yura menganggukkan kepalanya.
“Aku lupa,” balas Yura singkat.
“Jadi.., kau mencari siapa?” lanjut Yura.
“Ah, Noona tahu saja. Aku mencari, bukan menunggu. Aku mencari Thea, yeoja yang kemarin itu. Aku ingin meminta maaf. Aku juga.. ingin mencoba mengingat siapa dia. Walaupun sama sekali tak mengingatnya,” jawab Baek Hyun.
“Wah, kau serius? Usahamu boleh juga,” kata Yura.
Nde, aku serius. Aku akan mengingatnya walaupun itu akan membuat kepalaku sakit,”
“Omong-omong, Thea jarang ke sini. Kau menunggu di sini berapa lama pun, dia jarang datang. Mau kuteleponkan?” tawar Yura.
Mwo? Dia jarang ke sini? Dia.. seringnya ke café apa?” tanya Baek Hyun, ekspresinya freak karena kaget.
“Ya mana aku tahu, Pabo[23].. aku bukan ibunya,” jawab Yura.
“Aku, kan, hanya tanya,” balas Baek Hyun. Yura lalu mengambil handphone-nya di saku celananya. Baek Hyun tak memperdulikan aktifitasnya, ia hanya melihat jendela kaca. Siapa tahu ada sesosok Thea di sana. Yang memang akan ke café Yura ataupun hanya lewat.
Yeobusseoyo?” terdengar suara yang sangat sedih. Bergetar. Seperti sedang atau setelah menangis.
“Thea-yya? Aku Yura,” Baek Hyun menoleh saat Yura menyebut-nyebut nama ‘Thea’.
“Ah? Yura Eonni[24]? Nde, ada apa?” tanya Thea sedikit berdeham ‘membetulkan’ suaranya.
“Bisakah kau ke café-ku sekarang? Yang kemarin itu. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu,” jelas Yura.
Eoh? Bertemu denganku? Nuguya?” tanya Thea lagi.
“Intinya, cepat ke sini. Kau ditunggu,” jawab Yura langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia lalu tersenyum puas pada Baek Hyun.
“Jangan kemana-mana, nde. Kau di sini saja.”
***
Thea menatap handphone­-nya bengong. Tiba-tiba pikirannya kalut. Ia harus ke café Yura atau tidak. Memangnya siapa yang mau menemuinya? Baek Hyun? Tidak mungkin, Baek Hyun terlalu membencinya –bagi Thea begitu. Chan Yeol? Thea tak seberapa dekat dengannya. Hanya dekat dengan kakaknya, Yura. Itupun karena mereka seperti sunbae[25] dan hoobae[26] di komunitas penulis yang diikutinya.
Thea lalu membasuh wajahnya dengan air. Mencoba ‘menghapus’ ekspresi tangisannya. Ya, dia selesai menangis. Tanpa sengaja matanya menangkap bayangan wajahnya di cermin. Lipatan matanya.. kantung matanya.. kulitnya.., pucat. Tangan Thea menarik pelan kantung matanya yang menebal dan sangat hitam. Sembap.
“Bagus. Karena’nya’, aku jadi seperti panda,”
***
Dengan langkah santai, Thea menuju café Yura. Menemui seseorang yang ia tidak tahu pasti. Ia hanya mengira-ngira. Beberapa langkah lagi Thea sudah memasuki café Yura, tapi..
“Ah! Ada Baek Hyun!” keluh Thea hendak berjalan menjauhi café, pulang. Ia tak ingin melihat Baek Hyun ‘tersiksa’ dengan sakit kepalanya. Tiap kali mengingat Thea.
“Dan ini saatnya.., kyeseyo[27],” gumam Thea. Ia membalikkan badan lalu melangkah pulang.
***
Mata Baek Hyun menangkap sesosok yeoja yang dikenalinya. Yeoja itu sempat melihatnya. Tapi.., kenapa ia membalikkan badan dan kembali pulang? Baek Hyun bangkit. Ia keluar café untuk menyusul yeoja itu. Yeoja yang dicarinya.
“Thea-yya!” Thea terkesiap. Ia menghentikan langkahnya.
Mianhae. Jeongmal mianhae[28],” Thea mengenal suara ini. Tak berubah sama sekali. Perlahan Thea membalikkan badan. Kini ia berjarak dua meter dari namja itu, Baek Hyun.
“Aku yang seharusnya minta maaf,” balas Thea. Baek Hyun menggeleng pelan.
Ani, maafkan aku karena aku tidak mengingatmu. Tapi..” Baek Hyun menghentikan kata-katanya. Thea yang tertunduk, menatap Baek Hyun yang mengucapkan kata’tapi’.
“Ijinkan aku berusaha mengingatmu,”
***
“Ijinkan aku berusaha mengingatmu,” mendengar kata-kata itu, Thea terbelalak.
Ani. Aku tak mau kau ‘tersiksa’ seperti itu. Sakit kepala tiap kali mengingatku. Jangan lakukan itu,” tolak Thea. Ia terlalu takut melihat ‘sahabat’nya tersiksa karenanya.
“Jika tidak begitu, aku tidak akan sembuh. Hanya kau yang bisa membuatku mengingat siapa aku lagi.”
“Memangnya kau juga lupa siapa dirimu? Bukankah kau ingat?” Baek Hyun menggeleng pelan.
“Hampa. Kosong. Aku hanya.. merasa semua tentang diriku, kau tahu. Hanya itu,” Thea menatap Baek Hyun lekat.
‘Semua tentangnya, memang aku tahu. Tapi.. kenapa ia merasakannya?’
Keoreom. Tapi.. jebal. Jangan tunjukkan rasa sakitmu di depanku. Saat kau mengingatku,” Thea tertunduk. Ia tak sadar jika Baek Hyun mau mengingatnya. Setetes air matanya jatuh. Bahu Thea mulai bergetar. Udara di sekitarnya beranjak dingin. Salju pun mulai turun. Tapi.. Thea kesulitan bergerak. Udara di sekitarnya menjadi hangat.
Saat Thea mendongak, ia ada di pelukan Baek Hyun.
***
Langit Seoul temaram. Thea terus menggenggam handphone-nya. Bingung, benar akan membantu Baek Hyun ingat akan dirinya atau tidak. Dan akhirnya, Thea mengetikkan nama itu di kolom pencarian kontaknya. Lalu.., meneleponnya.
Yeobusseoyo?” terdengar suara berat yang khas milik Baek Hyun.
“Baek Hyun-ah? Aku.. Thea,” jawab Thea.
Nde? Ada apa?”
Ani. Aku hanya ingin memberitahumu,” balas Thea. ‘Kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini?!’ rutuk Thea. Tangannya mencekram handphone-nya.
Nde?”
“Temui aku nanti malam di Sungai Han,” akhirnya Thea berhasil mengatakan hal itu.
Eoh? Nanti malam?” Tanya Baek Hyun.
Nde. Waeyo? Kau ada acara?” suara Thea kini benar-benar tercekat.
Ani. Keoreom. Sampai ketemu nanti malam.”
Nde..” balas Thea. Ujung suaranya tercekat. Habis sudah.
“Tut.. tut.. tut..” sambungan telepon sudah terputus. Tapi Thea masih bisa mendengar suara Baek Hyun. Dan jantungnya masih berdegup kencang.
“Apa dia.. takut melihat bulan? Apa yang dikatakan Yura Eonni benar? Apa rasa takutnya yang tidak masuk akal itu masih ada?”
***
Thea menunggu Baek Hyun di salah satu bangku taman di tepi Sungai Han. Ia datang lebih dulu. Mungkin sengaja. Atau ia terlalu gugup untuk bertemu Baek Hyun.
Annyeong,” Thea menoleh. Di sebelahnya ada seseorang yang berpakaian serba hitam. Ia sangat menutupi dirinya. Dengan jaket dan sweater hitam, masker, topi, sarung tangan, kacamata hitam.. padahal ini malam hari.
“Kau.. siapa?” Tanya Thea sedikit takut. Jika orang ini akan berbuat macam-macam padanya.., eotteokhae[29]?
“Aku Baek Hyun. Jangan berpikiran yang macam-macam,” jawab orang itu. Thea bernafas lega. Ia mengenali orang di sebelahnya. Tapi.., Baek Hyun?
“Kenapa kau berpakaian seperti ini?” tanya Thea. Baek Hyun menoleh.
“Jika kulitku terkena pancaran sinar bulan, aku akan berubah jadi manusia serigala. Jadi, aku memakai pakaian seperti ini. Kau ingin aku berubah jadi manusia serigala?” Thea melongo.
Namja amnesia di hadapannya ini seperti seorang anak kecil. Bagai terlahir kembali. Masih saja percaya dengan dirinya yang berubah jadi manusia serigala.
“Lalu.., kenapa kau tak menolak ajakanku?” tanya Thea lagi.
Gwaenchana. Sekali-kali aku juga ingin keluar,” Thea mengangguk-angguk kecil mendengar pernjelasan Baek Hyun.
“Baek Hyun-ah, coba kau tatap bulan itu. Purnama,” pinta Thea menatap bulan yang terlihat jelas diantara gedung-gedung pencakar langit Seoul.
Ani. Jika aku berubah jadi serigala, eotteokhae?” Thea menatap Baek Hyun lekat. Ia menggenggam tangan Baek Hyun perlahan.
Ani. Tidak akan. Kau tidak akan berubah. Kau tetap akan jadi Baek Hyun. Percayalah padaku. Kau akan tetap jadi Baek Hyun. Baek Hyun yang kukenal. Iya, kan? Benar, kan? Kau akan tetap jadi Baek Hyun yang kukenal,” mata Thea sudah basah. Air matanya jatuh lagi. Untuk Baek Hyun. Dan selama ini memang untuk Baek Hyun.
“Thea-yya..,” pangil Baek Hyun. Thea mendongak. Perlahan Baek Hyun melepas kedua sarung tangannya. Lalu Baek Hyun menghapus air mata Thea, dengan ibu jarinya.
Ulljima[30].. meskipun aku tak mengingatmu. Aku tetap Baek Hyun yang kau kenal,” kata Baek Hyun.
“Lihatlah. Kau tak berubah,” balas Thea melihat tangan Baek Hyun.
“Aku tak akan pernah berubah. Itu karena kau. Awalnya aku menyangka, aku takut dengan sinar bulan. Tapi.., terima kasih,” Thea mengangguk.
Cheonmaneyo[31]. Aku akan selalu membantumu,” jawab Thea.
“Jadi.., kau mau memulai semuanya dari awal?” Tanya Baek Hyun. Kini Thea dapat melihat matanya. Ia sudah melepas kacamata dan maskernya.
“Maksudmu?”
“Jadi sahabatku lagi. Atau.., kau mau jadi yeojachingu[32]-ku? Kita mulai semuanya dari awal,” ulang Baek Hyun. Thea menganggukkan kepalnya. Setetes air matanya jatuh lagi. Ia kembali menangis. Menangis dalam pelukan Baek Hyun.
***

For my bias, Byun Baek Hyun <3
*Jangan Kai & Luhan terus yang jadi Wolf! Sekali-kali Baek Hyun & D.O ! O.Ov (?)*
Bacon! Bacon! Bacon!! ^o^
Saranghae~ <3 :*


[1] Partikel konsonan untuk menyebut nama orang yang berakhiran huruf  konsonan.
[2] Ayo / mari (Bahasa Korea) (Informal)
[3] Halo? (digunakan untuk menerima telepon) (formal)
[4] Partikel konsonan untuk menyebut nama orang yang berakhiran huruf  vokal.
[5] Ya / iya (informal)
[6] Apa? (informal)
[7] Kenapa? (informal)
[8] Tidak (informal)
[9] Cepatlah (informal)
[10] Laki-laki (formal)
[11] Apa kau baik-baik saja? (formal)
[12] Perempuan (formal)
[13] Permisi (formal)
[14] Halo (Informal)
[15] Maafkan aku (informal)
[16] Panggilan untuk perempuan yang lebih tua dari laki-laki (formal)
[17] Siapa? (formal)
[18] Terima kasih (informal)
[19] Aduh! (informal)
[20] Sungguh? Benarkah? (informal)
[21] Kumohon.. (informal) (kata ini kadang ‘slang’ juga..)
[22] Kau tahu.. (informal) (btw, bukan tahu makanan ya..)
[23] Bodoh (informal sekali)
[24] Panggilan dari perempuan ke perempuan lain yang lebih tua (formal)
[25] Sebutan untuk senior (informal)
[26] Sebutan untuk junior (informal)
[27] Selamat tinggal (informal)
[28] Aku benar-benar minta maaf (informal)
[29] Bagaimana? (informal)
[30] Jangan menangis (informal)
[31] Sama-sama / terima kasih kembali (formal)
[32] Pacar (perempuan) (informal) *bukan slang.. slang = yeochin*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istilah-istilah yang Ada di Role Player

Guess I? /??

Holl'up!