[FANFICT] Two Moons (a song by EXO)
Title : Two Moons (a song by EXO)
Author : Nad @donadkacang
Type : general
Genre : romance, angst, wolf, fantasy
Length : oneshoot, long story
Cast :
-
Thea Kim (OC /Author blank. Maafkan tokoh
OC-nya jelek)
-
Byun Baek Hyun (EXO-K)
-
Park Chan Yeol (EXO-K)
-
Park Yu Ra (Chan Yeol’s sister)
-
Find it
Playlist : Two Moons – EXO feat. SHINee Key
Summary :
Dan perlahan Baek Hyun tersenyum
menatap bulan. Ia percaya, dengan orang yang disayanginya, bulan tak akan
mengkhianatinya.
***
Matahari
mulai kembali pada peraduannya. Bulan sudah hampir muncul, tak sabar
menggantikan matahari menerangi Seoul. Matahari terbenam? Lupakan, Seoul
dipenuhi ‘pepohonan’ beton. Gedung-gedung pencakar langit tersebar dimana-mana.
Orang-orang
tak akan sadar matahari sudah terbenam. Tahu-tahu sudah melihat bulan tanpa
bintang disekitarnya. Seoul terlalu banyak punya polusi cahaya. Bintang pun tak
terlihat.
Thea,
gadis itu menatap bulan yang mulai muncul dari rooftop rumahnya. Bulan penuh, purnama. Senyum tipis terukir di
bibirnya. Ia teringat masa lalunya, saat bersama sahabat baiknya, Baek Hyun.
Sahabat
yang disukainya. Selama bertahun-tahun Thea bersahabat dengan Baek Hyun, dan
selama itulah Thea menyimpan rasa suka pada Baek Hyun. Rasanya Thea ingin
selalu mengutuk dirinya sendiri.
Bersama
Baek Hyun, Thea melihat, menatap penuh antusias, memperhatikan bulan. Dari rooftop rumahnya. Atau rooftop rumah Baek Hyun. Dirinya dan Baek
Hyun selalu menatap bulan bersama. Terutama jika purnama. Itu adalah ‘momen’
yang ditunggu-tunggu Thea. Entah untuk apa. Ia hanya senang melihat mimik wajah
Baek Hyun yang terlalu kagum dengan bulan purnama. Bagi Thea, mimiknya selalu
lucu, itu menyenangkan. Hanya itu.
Mereka
selalu menatap bulan yang sama.
Tapi..,
apa hari ini Baek Hyun juga menatap bulan yang sama? Thea selalu mempertanyakan
hal ini. Hari ini. Apa Baek Hyun juga?
Dan
Thea terlalu takut untuk menanyakannya. Meskipun hanya melalui pesan singkat.
“Baek
Hyun-ah[1],
kau tidak melihat bulan malam ini? Cuacanya cerah. Sangat indah. Kajja[2]
kita melihat bulan bersama lagi..” gumam Thea tanpa suara. Suaranya tercekat.
Ia
sangat ingin mengatakan itu pada Baek Hyun. Sangat ingin menanyakan,
Apakah
setiap malam kita melihat bulan yang sama? Apa di sini ada dua bulan? Kita
menatap bulan yang berbeda? Sama, kan?
***
“Drrtt..”
handphone putih Thea bergetar pelan
dari balik saku mantelnya. Tangannya merogoh sakunya. Ada telepon yang masuk,
dari teman dekatnya, Luna.
“Yeobusseoyo[3]?”
tanya Thea malas. Matanya terus menatap kosong arus lenggang Sungai Han di
hadapannya.
“Thea-yya[4]!
Cepat kau ke café ***! Ada Baek Hyun
di sini! Dia seperti sedang menunggu seseorang. Aku di sana sekarang, cepat ke
sini, nde[5]!”
seru Luna cepat tapi dengan suara berbisik-bisik. Mungkin tempatnya dekat
dengan Baek Hyun, jadinya ia takut Baek Hyun akan tahu. Tapi.. Baek Hyun?
Mata
Thea membulat. “Mwoya[6]?!
Baek Hyun? Benar itu Baek Hyun?” tanya Thea tak percaya. Karena Luna baru
sekali bertemu Baek Hyun dan ia sangat mudah lupa. Mungkin Thea sedikit tidak
mempercayainya.
“Nde! aku dengar dari suaranya. Sangat
mirip. Aku masih sangat ingat wajahnya dan suaranya. Wae[7]?
Kau tak percaya?” balas Luna. Thea dapat menangkap nada sedikit emosi pada
perkataan Luna.
“Ani[8],
aku percaya. Tunggu sebentar. Aku akan ke sana. Café itu dimana? Aku di Sungai Han,” agaknya Thea tertarik dengan
‘tawaran’ Luna. Tapi.., apa ia bisa?
“Di
dekat Sungai Han! Ppalliwa[9]!”
hening. Luna sudah memutuskan sambungan teleponnya. Seperti kebiasaan lamanya.
Langsung memutuskan sambungan telepon. Thea memasukkan handphone-nya ke dalam saku mantelnya lagi.
“Apa
kau mengingatku? Apa kau masih mengenalku? Apa kau melupakanku?”
***
Langkah
Thea lebar-lebar, panjang-panjang. Ia merasakan keringat dinginnya mengalir
deras. Di udara sedingin ini ia berkeringat. Entah karena gugup akan bertemu
Baek Hyun –jika itu benar Baek Hyun, atau karena lelah mencari café yang dikatakan Luna.
Dan..,
di depan pintu sebuah café bernuansa
minimalis dan romantis, Thea membeku. Namja[10]
itu.., yang duduk sendirian di meja 12, yang hanya memesan moccaccino, yang
tersenyum bersemangat seperti biasanya. Tunggu.., biasanya? Thea tak tahu lagi
kebiasaan namja itu. Ia melihat Thea
masuk, mengapa tak memanggilnya? Hanya tersenyum tipis seperti pada orang yang
tak dikenalinya? Mengapa?
Melihat
Thea membeku di depan pintu, Luna buru-buru menghampirinya dan menarik Thea ke
mejanya sebelum Thea pingsan atau melakukan hal-hal yang tak terduga. Bisa
saja. Thea sangat frontal.
“Thea-yya? Thea? Gwaenchanayo[11]?”
panggil Luna pelan-pelan. Ia juga curiga kenapa Baek Hyun tak memanggil Thea
yang dilihatnya. Apa sengaja? Lupa? Tatapan Thea menusuk punggung Baek Hyun
yang membelakanginya.
“Apa
ia melupakanku? Apa ia tak mengenalku? Apa ia membenciku?” tanya Thea. Luna
hanya gelagapan. Bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba ada seorang yeoja[12]
menghampiri Baek Hyun dari balik meja kasir. Yeoja itu seperti kenal baik dengan Baek Hyun.
”Yura.
Park Yura. Kakak Chan Yeol, teman Baek Hyun,” jelas Thea tanpa diminta. Saat
Yura memalingkan pandangannya ke belakang, matanya menangkap seorang yeoja yang dikenalinya. Yura lalu
menghampiri yeoja itu. Thea.
“Sillyehamnida[13].
Kau.. teman Baek Hyun, kan?” tanya Yura. Thea mengangguk pelan.
“Jika
ia masih mengenaliku,” tambah Thea. Yura membekap mulutnya.
“Kau
ingin bicara dengannya?” tawar Yura lagi.
“Jika
boleh,” jawab Thea. Ia lalu mengikuti Yura menuju meja Baek Hyun.
“A..anyyeong[14]..”
sapa Thea pelan. Baek Hyun menatapnya bingung.
“Annyeong,” balas Baek Hyun. Thea dapat
mendengar sedikit nada curiga di perkataannya.
“Boleh
aku duduk di sini?” tanya Thea hati-hati.
“Mianhae[15],
kau siapa, nde?” tanya Baek Hyun.
Thea bengong.
“Kau
tak mengenalku?” balas Thea. Suaranya tercekat.
“Mianhae, kau siapa?” ulang Baek Hyun.
“Kau
kenapa? Kau kemana saja? Apa kabar? Apa kau dendam padaku? Apa kau tak mengenalku?”
tanya Thea bertubi-tubi.
“Apa..
aku pernah mengenalmu?” Baek Hyun terlihat sangat bingung. Setetes air mata
Thea terjatuh.
“Kita..
kita dulu besahabat. Kau lupa?” Baek Hyun tiba-tiba memegang kepalanya.
“Mianhae, kepalaku tiba-tiba sakit. Mianhae, aku tidak mengenalmu,” balas
Baek Hyun. Thea membekap mulutnya dengan tangan. Air matanya yang menetes
semakin deras. Bahunya bergetar. Perlahan Yura menarik Thea menjauh dari Baek
Hyun. Tangis Thea meledak di bahu Yura. Yura mencoba menenangkan Thea. Setelah
tangis Thea sedikit mereda, perlahan Yura mengangkat Thea dari pelukannya.
“Baek
Hyun kecelakaan. Ia amnesia. Semuanya ia ingat. Tapi..”
“Apa?”
potong Thea. Yura menatap Thea lekat.
“Semua
tentangmu, ia lupa. Mianhae,” tangis
Thea kembali meledak.
“Kenapa
hanya aku? Jadi.., setiap diingatkan.. ia akan sakit kepala?” tanya Thea. Yura
mengangguk pelan. Tangan Yura mengusap bahu Thea pelan. Menenangkan Thea yang
kembali menangis.
“Apa
dia memang ingin melupakanku?” gumam Thea.
“Dia
takut untuk melihat bulan..” kata Yura tiba-tiba. Thea menatap Yura bingung.
“Setelah
melihat bulan bersamaku setiap hari dulu? Apa ia juga sakit kepala jika
melihatku? Jadi ia menghilang dariku?” ‘protes’ Thea.
“Thea-yya, bersabarlah,” kata Yura.
“Apa
benar ia memang ingin melupakanku?”
***
“Noona[16],
yeoja tadi itu siapa?” tanya Baek
Hyun, saat ia bermain play station
bersama Chan Yeol. Yura melirik Baek Hyun dari balik pintu kulkas yang
dibukanya.
“Yang
ada di café tadi?” balas Yura.
“Nde,” balas Baek Hyun singkat. Ia tetap
fokus pada play station yang
dimainkannya.
“Nuguya[17],
Noon?” tanya Chan Yeol sedikit
menoleh pada Yura. Dan..
“Woo!!
Gol!! Aku menang!! Woo!!!” seru Baek Hyun kesenangan karena berhasil mencetak
gol disaat Chan Yeol lengah. Chan Yeol menatap Baek Hyun sinis. Karena ia
penasaran dengan yeoja yang
ditanyakan Baek Hyun, ia jadi kalah. Seingatnya, Baek Hyun tak pernah dekat
dengan siapapun. Dan akhirnya Baek Hyun diam.
“Siapa,
Noon?” ulang Baek Hyun.
“Thea.
Kim Thea. Ingat?” jawab Yura. Baek Hyun tiba-tiba memegang kepalanya. “Pasti ia
bagian dari masa laluku,” kata Baek Hyun.
“Memang.
Kau ingat?” timpal Chan Yeol.
“Ani. Kepalaku sakit,” jawab Baek Hyun
lalu bangkit dari duduknya. Berjalan menuju kulkas.
“Ya! Kau mau kemana?” tanya Chan Yeol
melihat Baek Hyun tiba-tiba bangkit.
“Mengambil
minum. Aku haus,” jawab Baek Hyun lagi. “Ambil saja sesukamu,” kata Yura
melihat Baek Hyun yang seperti orang bingung di depan kulkas.
“Nde, gumawo[18],
Noon,” balas Baek Hyun mengambil
sekaleng cola.
“Aku
juga mau!” seru Chan Yeol kembali memainkan play
station-nya sendirian.
“Nde..,” balas Baek Hyun lalu melempar
sekaleng cola pada Chan Yeol.
“Appo[19]!..”
keluh Chan Yeol pelan mengusap kepalanya yang terkena lemparan Baek Hyun.
“Bukankah
Thea itu dulu sahabatmu?” tanya Chan Yeol saat Baek Hyun sudah kembali.
“Eoh? Jeongmal[20]??
Aku pernah mengenalnya?” balas Baek Hyun.
“Jadi..
kau hanya melupakan Thea?” Yura menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan
Chan Yeol.
“Jeongmal??” tanya Baek Hyun.
“Nde. Kau hanya melupakan Thea. Bulan?
Kau takut bulan, kan? Padahal, dulu kau setiap hari melihat bulan dengan Thea.
Bersama-sama. Selalu, setiap hari. Ingat?” Baek Hyun kembali menyentuh
kepalanya perlahan.
“Jeball[21]..,
jangan ingatkan aku semua itu,” katanya pelan. Chan Yeol menoleh.
“Mana
mungkin kau akan terus membiarkannya. Ia tentu ingin kau kembali mengingatnya, arra[22].
Dia itu yeoja,” kata Chan Yeol.
“Apalagi
tadi ia menangis hingga sesenggukan,” tambah Yura.
“Eoh? Dia menangis? Hingga sesenggukan?”
Yura menganggukkan kepalanya.
“Jika
aku jadi Thea, aku akan sangat berharap kau mengingatku. Walaupun hanya
sedikit,” Baek Hyun menatap kosong konsol play
station di tangannya.
“Sebenarnya
kau siapa?”
***
Di
meja itu lagi, meja 12. Seorang namja
duduk sendirian lagi. Menikmati secangkir cappuccino, yang hampir dingin. Itu
Baek Hyun. Thea tak ‘membeku’ lagi. Ia tak ada di sana. Karena itu Baek
Hyun mencarinya. Ia ingin meminta maaf.
Telah
membuatnya menangis, seperti kata Yura. Meskipun Baek Hyun sama sekali tak
mengingat siapa Thea. Ia ingin ‘mencoba’ mengingat Thea, walaupun itu
menyiksanya.
“Baek
Hyun-ah!” panggil seorang yeoja. Baek Hyun menoleh. Yura. Baek
Hyun tersenyum.
“Aku
sedang menunggu seseorang,” jelas Baek Hyun tanpa diminta. Yura menganggukkan
kepalanya.
“Aku
lupa,” balas Yura singkat.
“Jadi..,
kau mencari siapa?” lanjut Yura.
“Ah,
Noona tahu saja. Aku mencari, bukan
menunggu. Aku mencari Thea, yeoja
yang kemarin itu. Aku ingin meminta maaf. Aku juga.. ingin mencoba mengingat
siapa dia. Walaupun sama sekali tak mengingatnya,” jawab Baek Hyun.
“Wah,
kau serius? Usahamu boleh juga,” kata Yura.
“Nde, aku serius. Aku akan mengingatnya
walaupun itu akan membuat kepalaku sakit,”
“Omong-omong,
Thea jarang ke sini. Kau menunggu di sini berapa lama pun, dia jarang datang.
Mau kuteleponkan?” tawar Yura.
“Mwo? Dia jarang ke sini? Dia.. seringnya
ke café apa?” tanya Baek Hyun, ekspresinya
freak karena kaget.
“Ya
mana aku tahu, Pabo[23]..
aku bukan ibunya,” jawab Yura.
“Aku,
kan, hanya tanya,” balas Baek Hyun. Yura lalu mengambil handphone-nya di saku celananya. Baek Hyun tak memperdulikan
aktifitasnya, ia hanya melihat jendela kaca. Siapa tahu ada sesosok Thea di
sana. Yang memang akan ke café Yura
ataupun hanya lewat.
“Yeobusseoyo?” terdengar suara yang
sangat sedih. Bergetar. Seperti sedang atau setelah menangis.
“Thea-yya? Aku Yura,” Baek Hyun menoleh saat
Yura menyebut-nyebut nama ‘Thea’.
“Ah?
Yura Eonni[24]?
Nde, ada apa?” tanya Thea sedikit berdeham
‘membetulkan’ suaranya.
“Bisakah
kau ke café-ku sekarang? Yang kemarin
itu. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu,” jelas Yura.
“Eoh? Bertemu denganku? Nuguya?” tanya Thea lagi.
“Intinya,
cepat ke sini. Kau ditunggu,” jawab Yura langsung memutuskan sambungan
teleponnya. Ia lalu tersenyum puas pada Baek Hyun.
“Jangan
kemana-mana, nde. Kau di sini saja.”
***
Thea
menatap handphone-nya bengong.
Tiba-tiba pikirannya kalut. Ia harus ke café
Yura atau tidak. Memangnya siapa yang mau menemuinya? Baek Hyun? Tidak mungkin,
Baek Hyun terlalu membencinya –bagi Thea begitu. Chan Yeol? Thea tak seberapa
dekat dengannya. Hanya dekat dengan kakaknya, Yura. Itupun karena mereka
seperti sunbae[25]
dan hoobae[26]
di komunitas penulis yang diikutinya.
Thea
lalu membasuh wajahnya dengan air. Mencoba ‘menghapus’ ekspresi tangisannya.
Ya, dia selesai menangis. Tanpa sengaja matanya menangkap bayangan wajahnya di
cermin. Lipatan matanya.. kantung matanya.. kulitnya.., pucat. Tangan Thea
menarik pelan kantung matanya yang menebal dan sangat hitam. Sembap.
“Bagus.
Karena’nya’, aku jadi seperti panda,”
***
Dengan
langkah santai, Thea menuju café
Yura. Menemui seseorang yang ia tidak tahu pasti. Ia hanya mengira-ngira.
Beberapa langkah lagi Thea sudah memasuki café
Yura, tapi..
“Ah!
Ada Baek Hyun!” keluh Thea hendak berjalan menjauhi café, pulang. Ia tak ingin melihat Baek Hyun ‘tersiksa’ dengan sakit
kepalanya. Tiap kali mengingat Thea.
“Dan
ini saatnya.., kyeseyo[27],”
gumam Thea. Ia membalikkan badan lalu melangkah pulang.
***
Mata
Baek Hyun menangkap sesosok yeoja
yang dikenalinya. Yeoja itu sempat
melihatnya. Tapi.., kenapa ia membalikkan badan dan kembali pulang? Baek Hyun
bangkit. Ia keluar café untuk
menyusul yeoja itu. Yeoja yang dicarinya.
“Thea-yya!” Thea terkesiap. Ia menghentikan
langkahnya.
“Mianhae. Jeongmal mianhae[28],”
Thea mengenal suara ini. Tak berubah sama sekali. Perlahan Thea membalikkan
badan. Kini ia berjarak dua meter dari namja
itu, Baek Hyun.
“Aku
yang seharusnya minta maaf,” balas Thea. Baek Hyun menggeleng pelan.
“Ani, maafkan aku karena aku tidak
mengingatmu. Tapi..” Baek Hyun menghentikan kata-katanya. Thea yang tertunduk, menatap
Baek Hyun yang mengucapkan kata’tapi’.
“Ijinkan
aku berusaha mengingatmu,”
***
“Ijinkan
aku berusaha mengingatmu,” mendengar kata-kata itu, Thea terbelalak.
“Ani. Aku tak mau kau ‘tersiksa’ seperti
itu. Sakit kepala tiap kali mengingatku. Jangan lakukan itu,” tolak Thea. Ia
terlalu takut melihat ‘sahabat’nya tersiksa karenanya.
“Jika
tidak begitu, aku tidak akan sembuh. Hanya kau yang bisa membuatku mengingat
siapa aku lagi.”
“Memangnya
kau juga lupa siapa dirimu? Bukankah kau ingat?” Baek Hyun menggeleng pelan.
“Hampa.
Kosong. Aku hanya.. merasa semua tentang diriku, kau tahu. Hanya itu,” Thea
menatap Baek Hyun lekat.
‘Semua
tentangnya, memang aku tahu. Tapi.. kenapa ia merasakannya?’
“Keoreom. Tapi.. jebal. Jangan tunjukkan rasa sakitmu di depanku. Saat kau
mengingatku,” Thea tertunduk. Ia tak sadar jika Baek Hyun mau mengingatnya.
Setetes air matanya jatuh. Bahu Thea mulai bergetar. Udara di sekitarnya
beranjak dingin. Salju pun mulai turun. Tapi.. Thea kesulitan bergerak. Udara
di sekitarnya menjadi hangat.
Saat
Thea mendongak, ia ada di pelukan Baek Hyun.
***
Langit
Seoul temaram. Thea terus menggenggam handphone-nya.
Bingung, benar akan membantu Baek Hyun ingat akan dirinya atau tidak. Dan
akhirnya, Thea mengetikkan nama itu di kolom pencarian kontaknya. Lalu..,
meneleponnya.
“Yeobusseoyo?” terdengar suara berat yang
khas milik Baek Hyun.
“Baek
Hyun-ah? Aku.. Thea,” jawab Thea.
”Nde? Ada apa?”
“Ani. Aku hanya ingin memberitahumu,”
balas Thea. ‘Kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini?!’ rutuk Thea.
Tangannya mencekram handphone-nya.
“Nde?”
“Temui
aku nanti malam di Sungai Han,” akhirnya Thea berhasil mengatakan hal itu.
“Eoh? Nanti malam?” Tanya Baek Hyun.
“Nde. Waeyo?
Kau ada acara?” suara Thea kini benar-benar tercekat.
“Ani. Keoreom.
Sampai ketemu nanti malam.”
“Nde..” balas Thea. Ujung suaranya
tercekat. Habis sudah.
“Tut..
tut.. tut..” sambungan telepon sudah terputus. Tapi Thea masih bisa mendengar
suara Baek Hyun. Dan jantungnya masih berdegup kencang.
“Apa
dia.. takut melihat bulan? Apa yang dikatakan Yura Eonni benar? Apa rasa takutnya yang tidak masuk akal itu masih
ada?”
***
Thea
menunggu Baek Hyun di salah satu bangku taman di tepi Sungai Han. Ia datang
lebih dulu. Mungkin sengaja. Atau ia terlalu gugup untuk bertemu Baek Hyun.
“Annyeong,” Thea menoleh. Di sebelahnya
ada seseorang yang berpakaian serba hitam. Ia sangat menutupi dirinya. Dengan
jaket dan sweater hitam, masker,
topi, sarung tangan, kacamata hitam.. padahal ini malam hari.
“Kau..
siapa?” Tanya Thea sedikit takut. Jika orang ini akan berbuat macam-macam
padanya.., eotteokhae[29]?
“Aku
Baek Hyun. Jangan berpikiran yang macam-macam,” jawab orang itu. Thea bernafas
lega. Ia mengenali orang di sebelahnya. Tapi.., Baek Hyun?
“Kenapa
kau berpakaian seperti ini?” tanya Thea. Baek Hyun menoleh.
“Jika
kulitku terkena pancaran sinar bulan, aku akan berubah jadi manusia serigala.
Jadi, aku memakai pakaian seperti ini. Kau ingin aku berubah jadi manusia
serigala?” Thea melongo.
Namja
amnesia di hadapannya ini seperti seorang anak kecil. Bagai terlahir kembali.
Masih saja percaya dengan dirinya yang berubah jadi manusia serigala.
“Lalu..,
kenapa kau tak menolak ajakanku?” tanya Thea lagi.
“Gwaenchana. Sekali-kali aku juga ingin
keluar,” Thea mengangguk-angguk kecil mendengar pernjelasan Baek Hyun.
“Baek
Hyun-ah, coba kau tatap bulan itu.
Purnama,” pinta Thea menatap bulan yang terlihat jelas diantara gedung-gedung
pencakar langit Seoul.
“Ani. Jika aku berubah jadi serigala, eotteokhae?” Thea menatap Baek Hyun
lekat. Ia menggenggam tangan Baek Hyun perlahan.
“Ani. Tidak akan. Kau tidak akan berubah.
Kau tetap akan jadi Baek Hyun. Percayalah padaku. Kau akan tetap jadi Baek
Hyun. Baek Hyun yang kukenal. Iya, kan? Benar, kan? Kau akan tetap jadi Baek
Hyun yang kukenal,” mata Thea sudah basah. Air matanya jatuh lagi. Untuk Baek
Hyun. Dan selama ini memang untuk Baek Hyun.
“Thea-yya..,” pangil Baek Hyun. Thea
mendongak. Perlahan Baek Hyun melepas kedua sarung tangannya. Lalu Baek Hyun menghapus
air mata Thea, dengan ibu jarinya.
“Ulljima[30]..
meskipun aku tak mengingatmu. Aku tetap Baek Hyun yang kau kenal,” kata Baek
Hyun.
“Lihatlah.
Kau tak berubah,” balas Thea melihat tangan Baek Hyun.
“Aku
tak akan pernah berubah. Itu karena kau. Awalnya aku menyangka, aku takut
dengan sinar bulan. Tapi.., terima kasih,” Thea mengangguk.
“Cheonmaneyo[31].
Aku akan selalu membantumu,” jawab Thea.
“Jadi..,
kau mau memulai semuanya dari awal?” Tanya Baek Hyun. Kini Thea dapat melihat
matanya. Ia sudah melepas kacamata dan maskernya.
“Maksudmu?”
“Jadi
sahabatku lagi. Atau.., kau mau jadi yeojachingu[32]-ku?
Kita mulai semuanya dari awal,” ulang Baek Hyun. Thea menganggukkan kepalnya.
Setetes air matanya jatuh lagi. Ia kembali menangis. Menangis dalam pelukan Baek
Hyun.
***
For
my bias, Byun Baek Hyun <3
*Jangan
Kai & Luhan terus yang jadi Wolf! Sekali-kali Baek Hyun & D.O ! O.Ov
(?)*
Bacon!
Bacon! Bacon!! ^o^
Saranghae~
<3 :*
[1] Partikel konsonan untuk menyebut
nama orang yang berakhiran huruf
konsonan.
[2] Ayo / mari (Bahasa Korea)
(Informal)
[3] Halo? (digunakan untuk menerima
telepon) (formal)
[4] Partikel konsonan untuk menyebut
nama orang yang berakhiran huruf vokal.
[5] Ya / iya (informal)
[6] Apa? (informal)
[7] Kenapa? (informal)
[8] Tidak (informal)
[9] Cepatlah (informal)
[10] Laki-laki (formal)
[11] Apa kau baik-baik saja? (formal)
[12] Perempuan (formal)
[13] Permisi (formal)
[14] Halo (Informal)
[15] Maafkan aku (informal)
[16] Panggilan untuk perempuan yang
lebih tua dari laki-laki (formal)
[17] Siapa? (formal)
[18] Terima kasih (informal)
[19] Aduh! (informal)
[20] Sungguh? Benarkah? (informal)
[21] Kumohon.. (informal) (kata ini
kadang ‘slang’ juga..)
[22] Kau tahu.. (informal) (btw,
bukan tahu makanan ya..)
[23] Bodoh (informal sekali)
[24] Panggilan dari perempuan ke
perempuan lain yang lebih tua (formal)
[25] Sebutan untuk senior (informal)
[26] Sebutan untuk junior (informal)
[27] Selamat tinggal (informal)
[28] Aku benar-benar minta maaf
(informal)
[29] Bagaimana? (informal)
[30] Jangan menangis (informal)
[31] Sama-sama / terima kasih kembali
(formal)
[32] Pacar (perempuan) (informal)
*bukan slang.. slang = yeochin*
Komentar
Posting Komentar